Wednesday, September 8, 2010

sop kepala ikan

saya punya seorang teman baik,
dia berasal dari sebuah kota kecil penghasil ikan,
suatu hari, dia dengan baik hati membagi resep sea food,

kebetulan sekitar lebaran,
saya harus sendirian di rumah selama beberapa hari,
maka saya punya kesempatan untuk mencobanya,

bahan yang diperlukan:
jahe seruas jempol,
kunyit dan kencur, masing-masing
seruas jari kelingking,
sedikit kemiri
dan lengkuas sebesar jempol.
bawang merah, bawang putih
asam jawa dan terasi sedikit,
juga garam dan daun salam dan daun sereh
jahe-kunyit-kencur dikerok kulitnya dan di-uleg,
bawang merah - bawang putih dan kemiri sekalian,
sedangkan lengkuas cukup di potong dan di pukul-pukul,
bahan bahan itu kemudian di rebus dengan air kira kira 500 cc.
masuk kan kepala ikan tongkol atau kakap,
tambahkan sedikit terasi, asam.
pukul pukul daun sereh dan masukkan dalam rebusan
tambahkan daun salam.
rebus hingga mendidih dan kuah berwarna gelap dan berlemak
sebelum dimakan, tambahkan irisan daun bawang.

Masak

waktu pertama saya mencoba resep ini,
saya terlalu banyak memakai bumbu,
jadi rasanya mirip jamu,
karena penasaran, saya telepon teman saya,
dan dia menyarankan untuk mencoba lagi dengan bumbu yang lebih pas.

akhirnya saya berhasil membuat sop kepala ikan,
dengan rasa yang lebih pas.

buat saya yang lagi sendirian di rumah
kegiatan seperti ini sangat menyenangkan,
begitu bersemangatnya saya waktu belanja dan memasak,
seorang teman kantor yang kebetulan memergoki saya belanja bumbu,
terbelalak dan terheran-heran,
dia bahkan diam diam menguntit saya di lorong supermarket
karena dia ingin tahu apa yang membuat saya belanja bumbu....

waktu memasakpun saya bersemangat,....
dalam sekejab lantai dan meja dapur penuh potongan dan kulit bumbu,
dan ketika saya mengelapnya, tentu saja lap dapur langsung berubah warna

tentunya saya sangat puas dengan sop kepala ikan kenangan ini..

saya hanya perlu sedikit tambahan waktu,
untuk membersihkan dapur, serta membeli lap baru,
sebelum nyonya rumah pulang,.....

Tuesday, May 18, 2010

Petunjuk Praktis Hemat BBM sepeda motor

Berikut ini adalah langkah-langkah praktis untuk menghemat BBM sepeda motor.

1. Rencanakan perjalanan dengan baik, terutama, sediakan waktu yang cukup
kalau anda terburu-buru dan harus tancap gas, anda nggak akan bisa hemat BBM.

2. Hindari menghidupkan mesin secara tidak perlu,
Sering kita lihat orang menghidupkan motor terlalu awal,
tidak ada gunanya mesin hidup jika motor masih "terjepit"
di parkiran yang padat atau motor masih menghadap tembok.
Hadapkan motor ke jalan, persiapkan diri kita,
pakai helm, benahi bawaan dsb, baru hidupkan mesin dan langsung jalan.

Tidak perlu memanaskan mesin,
begitu mesin hidup, langsung jalan, tapi dengan kecepatan rendah,
setelah 2-3 menit, mesin akan panas sendiri,
lalu bisa menambah kecepatan normal.

3. Batasi kecepatan, usahakan motor berjalan pada RPM yang optimal.
Untuk motor saya, rentang RPM yang cocok sekitar 4500 RPM.
Ini berarti kecepatan 45kpj di gigi 5, atau 40kpj di gigi 4.
ditanjakan saya akan tahan 35kpj di gigi 3.

4. Bila melalui tanjakan, tahan gas, jangan membuka gas lebih besar.
Biasanya kalau ada tanjakan kita akan membuka gas lebih besar,
supaya kecepatan motor konstan / tidak drop,
tentunya dengan gas lebih besar, motor akan "minta tambah" BBM.
Jadi, tahan saja gas, kecepatan motor akan turun,
amati kecepatan, kalau terlalu turun, oper ke gigi rendah.
Misalnya di jalan datar saya jalan 45kpj pada gigi 5, jalan menanjak
akan membuat motor melambat, pada saat kecepatan turun dibawah 40kpj,
saya akan oper ke gigi 4, dan kalau turun terus sampai dibawah 35kpj,
saya kan oper lagi ke gigi 3, begitu seterus nya.
Pakai jalur kiri supaya kita bisa melambat dengan aman.

5. Dijalan turun, sering saya menarik kopling dan membiarkan motor
meluncur, ini saya lakukan hanya bila kondisi aman dan memungkinkan.
Jika turunan terlalu curam, atau jalan licin karena hujan misalnya,
maka hal ini tidak disarankan.

6. Atur strategi berlalu-lintas,
misalnya saya lihat lampu merah di depan,
saya akan ambil jalur kiri, memastikan saya tidak menghalangi orang lain,
saya akan tarik kopling dan tutup gas, motor akan meluncur sendiri,
dan kecepatan nya akan berkurang, tanpa saya harus mengerem.


7. Jaga jarak dengan angkutan kota / kendaraan umum,
kalau mereka tiba tiba berhenti, kita tidak harus mengerem mendadak.

8. Rawat kendaraan dengan baik.
Tekanan ban harus cukup, rantai harus selalu terlumasi dengan baik,
setelan rem harus bagus, kalau terlalu rapat roda akan terhambat.
Oli dan busi juga harus dalam kondisi bagus.
Saya memeriksa tekanan ban tiap hari, saya pakai pompa sepeda
untuk menjaga tekanan ban motor, gak harus ke tukang tambal.
Begitu juga rantai selalu saya cek, maklum motor saya rantai nya terbuka.
Untuk rem saya periksa biasanya malam hari sepulang kantor,
kalau tromol rem atau disk terasa panas berarti rem terlalu rapat.
Busi dan oli di periksa tiap ganti oli (2500 - 3000km sekali).

Ini sudah saya praktekan, dan saya bisa menghemat pemakaian bbm
hingga 25% tanpa alat apapun, hanya dengan merubah cara berkendara.

Metode ini cukup terkenal di luar negeri dan dikenal sebagai hypermiling.
Tentu masih banyak trik hypermiling yang lain selain langkah2 diatas,
misalnya bisa dilihat di www.ecomodder.com dan www.cleanmpg.com .

Tuesday, May 11, 2010

Hasa F2


Ini sepeda saya, Hasa F2 yang saya beli hampir 5 tahun lalu di Singapore,
waktu itu belum banyak yang jual seli di sini,
dan harganya juga belum semahal sekarang, kalau di rupiahkan hampir Rp 2,25 juta.

Saat beli sepeda ini saya masih tinggal di Jogjakarta,
dan tetangga saya mengira ini sepeda anak anak yang dipanjangkan tiang sadelnya.

setelah saya pakai sebentar, saya mulai memodifikasi,
yang pertama pasang fender belakang, saya pasang punya mtb,
dudukannya pakai bekas reflektor belakang.

lalu freewheel 14-28 saya ganti dengan hub 11-28, tetap 7 speed.
kemudian saya pasang sadel yang lebih lebar dan lebih tebal.

dengan konfigurasi ini, sepeda ini sudah menemani saya bepergian ke beberapa kota,
Dulu rutin Jogja - Malang, masuk bagasi bis Eka.
Setelah pindah ke Balikpapan, dia pernah saya bawa ke Manado, masuk bagasi Batavia Air.
Kemudian jalan jalan ke Jogja, juga bersama Batavia Air.

Foto di atas di ambil dekat Jembatan Mahakam, Samarinda.
Waktu itu saya bersama rekan rekan sepeda lipat Balikpapan naik bis ke Samarinda,
kemudian berkeliling di Samarinda dengan seli kami sampai jembatan Mahulu.

Saya senang pakai Hasa F2, ringan, kecil, kalau masuk mobil cukup dilipat body nya saja,
gak perlu lipat handle post dan menurunkan sadel.
Hanya satu masalah yang saya alami,
yaitu rantai nya kadang loncat/lepas kalau saya oper ke gigi kecil.
Tapi buat saya bukan masalah besar, toh tidak terjadi setiap hari.

Sejak punya Hasa F2, saya masih beli beberapa sepeda lain,
termasuk Dahon MUP8 dan Downtube Mini,
tapi yang paling sering saya pakai ya Hasa F2 ini,
MUP 8 nya malah sudah balik nama dan dipakai salah satu teman saya,
Downtube Mini nya menjadi mainan kesayangan anak saya,
sepertinya, si Hasa ini bakalan lama menemani saya.

Sepedahan dan cara mengemudi hemat BBM

Saya senang bersepeda,
dalam satu minggu minimal saya bersepeda ke kantor 3 atau 4 kali.
Jarak kantor ke rumah sekitar 12km,
jadi dalam seminggu setidaknya saya menempuh 72km dengan sepeda saya.

Ada satu hal khusus yang saya amati selama bersepeda,
saya selalu berusaha untuk "meringankan" kayuhan pedal.

Misalnya, saya akan menjaga tekanan ban sepeda saya,
semua penggemar sepeda tahu kalau ban yang kurang angin akan berat di kayuh,
Saya juga melumasi rantai secara rutin, memeriksa rem,
dan kelancaran putaran roda, karena setiap gesekan akan menghambat laju sepeda,
dan akhirnya akan membuat kaki saya lebih berat mengayuh.
Saya menghindari rute yang tanjakannya curam,
karena itu lebih melelahkan daripada jalan yang agak jauh tapi datar.

Kemudian menjelang lampu merah,
saya akan biarkan sepeda saya meluncur tanpa di kayuh,
saya atur kecepatan nya supaya waktu saya sampai di garis batas,
lampunya pas berubah jadi hijau.

Intinya, saya tidak akan ngotot mengayuh sepeda,
kalau sebentar kemudian saya harus mengerem mendadak,
karena itu berarti usaha saya terbuang sia-sia.

Dengan pendekatan itu, saya tidak terlalu lelah bersepeda

Pendekatan yang sama bisa di aplikasikan untuk mengemudikan sepeda motor,
dan hasilnya adalah penghematan BBM.

Sepeda motor saya, Kawasaki KLX150S, yang biasanya konsumsi bensin nya 1ltr/40km,
bisa di tekan menjadi 1ltr/50km, penghematan nya cukup terasa, sebesar 25%.

Inti dari cara mengemudi hemat BBM adalah pengendalian diri,
apabila kita tidak bisa mengendalikan diri,
dan "meminta" tenaga tambahan dari motor kita,
dengan sendirinya motor kita akan "minta tambah bbm".